“Good morning..” sapa seseorang dibelakangku,
“Hm.. morning, can I help you?” Dihadapanku kini ada seorang wanita yang kira-kira sebaya denganku, tapi aku belum pernah melihatnya selama kami berada disini, mungkin New Comer.
“Hmm.. can you tell me where is the library?” tanyanya,
“ou, just walk staright and the library is on the left,” Kataku singkat, padat dan jelas,
“Thank you, nice to meet you..” ucapnya dengan senyuman yang begitu manis, kemudian berbalik dan meninggalkanku. Aku penasaran siapa gadis itu, dia cantik, manis, dan lucu. Aku berharap akan bertemu dengannya lagi.
***
On the libary at 2 p.m
Siang ini aku mencari materi-materi tentang kalkulus, dan betapa susah payahnya aku mencari buku setebal novel breaking dawn itu, dalam perpuskaan yang berukuran sangat dan super besar itu. Di London International High School terkenal dengan banyaknya ruangan perpustakaan dimana anak-anak didalamnya banyak sekali yang senang sekali dengan buku-buku tebal, dan menulis artikel-artikel dalam surat kabar. Dan sudah menjadi suatu kebanggaan dimana banyak sekali alumnus LIHS yang menjadi penulis-penulis sastra inggris yang berbakat.
“Hey, guy.. can I join?” kata seseorang dibelakangku,
“Sure,” Aku langsung menjawab saat melihat gadis yang kemarin berada disampingku, Ia nampak fresh dan lebih cantik hari ini. Dan tentunya aku sungguh bahagia saat ada dia disampingku. Aku jadi punya kesempatan untuk menanyakan nama dan segalanya tentang dirinya,
“hey, sweety girl, can I know whats your name?” tanyaku,
“Im Kate. Kateline Joseph, then you?” OH-MY-GOSH ! Ia menanyakan namaku,
“Im Rian, Where do you came from, anyway?” tanyaku,
“Aku dari Amerika, Aku orang amerika. Kau sendiri dari mana?” tanyanya dengan logat amerika yang mentok terdengar ditelinga,
“Aku dari Indonesia. Kamu.. kok jauh-jauh datang dari Amerika buat sekolah disini?” tanyaku,
“Begitulah, aku dipindahkan di tempat ini karena ada sesuatu hal,” katanya, dan aku rasa itu bukan urusanku, itu urusannya, jadi aku tidak berhak bertanya-tanya lebih dalam tentang apa yang Ia bicarakan.
“Oh..” Aku hanya bergumam, kemudian mengalihkan pandanganku ke buku yang tadi kubaca,
“Kau sendiri, kenapa jauh-jauh datang dari Indonesia untuk sekolah Disini?” Kini Ia yang penasaran denganku, namun dengan suara yang kubuat-buat sesantai mungkin, aku akhirnya menjawab.
“Beasiswa.” Kataku singkat,
“Jadi, ceritanya kau ini anak yang pintar ya? Aku yakin begitu..hehe” candanya,
“haha, tidak juga.. dunia sastra hanya menjadi kegemaranku, jadi aku datang kesini atas beasiswa dari sekolah lamaku,” mulutnya hanya ber-“O” kemudian melontarkan kata-kata lagi,
“Oh ya Rian, terima kasih sudah menunjukkan perpustakaan ini padaku. Kalau bukan karena kau, mungkin aku harus berkorban mengelilingi sekolah sebesar ini hanya untuk mencari sebuah ruang perpustakaan saja. huh :/” ucapnya dengan nada santai dan jelas,
“oh, tidak apa-apa. Kan disekolah ini ada banyak sekali perpustakaan yang bisa kamu temui, digedung A ada 3 perpustakaan lengkap dan di gedung B ada dua perpustakaan dengan satu perpustakaan pusat, dan di gedung C ada 1 lagu perpustkaan yang..ehm.. sebenarnya bukan perpustkaan Cuma disana disimpan banyak buku-buku tentang sejarah sekolah ini, atau cerita-cerita tentang alumnus sekolah ini,” aku terus berceloteh dan tanpa aku sadari Kate, sudah nampak bosan, “Oops maaf..” kataku akhirnya,
“Nggak apa-apa. Aku suka caramu berceloteh, mirip kakaku, Bob. Yeah.. aku merindukannya.”.
“begitu ya? Aku jadi malu” kataku, “Omong-omong, apa kau murid baru disini?” Aku melanjutkan pembicaraan kami yang tadi,
“Yap, begitulah, aku baru seminggu disini.” Aku hanya mengangguk,
Dan dalam beberapa saat aku terhanyut dalam obrolan bersama Kate, ia membicarakan tentang keluarganya, sahabatnya dan beberapa hal yang sering Ia lakukan. Ia menarik.
“Oh ya, Riann.. nanti malam kau punya acara?” tanyanya,
“Nope. So what?” jawabku,
“ehm, tidak. Aku hanya ingin main-main kerumahmu, boleh?” Oh God ! ia ingin bermain kerumahku, apa ini mimpi, jika ya. Jangan bangunkan aku.
“Ya, tentu. Kau bisa datang ke apartemenku. Jam berapa?” tanyaku dengan senyum bahagia,
“Em.. nanti aku kabari, berikan saja alamatmu,” katanya, kemudian aku langsung mengambil secarik kertas di buku catatanku dan menuliskan alamat apartemenku dengan lengkap. Dalam benakku aku berpikir apa yang harus aku siapkan, makanan ringan? Minuman soda? Atau ... ahm pokoknya aku harus tampak baik malam ini.
***
Soft drink.. makanan ringan.. DVD.. semua sudah siap, aku berjaga-jaga siapa tau Kate suka menonton film. Hehe..
ting..tong..ting..tong.. bel rumahku berbunyi dan aku yakin itu pasti Kate. Kateeee.. Im coming. Ucapku dalam hati dengan senyum yang merekah.
“hei, Rian.. kau nampak tampan malam ini,” oh, God. Apa aku tidak salah mendengar? Ia bilang aku tampan? Ini pasti mimpi.
“ah, thanks..” ucapku, “masuklah,” aku mempersilahkannya masuk. Ia masuk dan melihat lihat sebentar ke arah dinding, dimana banyak sekali foto keluargaku, dan sahabat-sahabatku.
“Riann, fotomu banyak sekali.. hampir disetiap sudut ruangan ini banyak sekali foto,” Ia terheran-heran melihat foto-foto yang kupajang didinding, kemudian aku hanya mengangkat bahu,
“Begitulah, hanya sebagai koleksi, lagian.. tak lama lagi aku akan kembali juga ke Indonesia, masa belajarku tinggal empat bulan, jadi aku ingin memajang semua foto-foto itu, untuk menghilangkan rasa sedihku karena akan meninggalkan London, kota yang penuh keceriaan dan kesempatan.” Ucapku,
“ah, aku mengerti, Riann. Pasti sangat sedih, tapi.. aku justru ingin cepat-cepat kembali saja ke amerika, disini, aku tak punya teman.. yeah, kecuali kau..,” wajahnya berubah menjadi terlihat sedih, aku berusaha ingin menghapuskan kesedihan itu dari matanya,
“kenapa, Kate? Apa kau tak suka dengan anak-anak yang tinggal di London? Atau mereka sering mengusikmu? Atau mungkin kau tidak suka dengan sekolahmu yang baru?” yeah, dan tanpa aku sadari juga sudah begitu banyak pertanyaan yang aku Lontarkan seperti itu, kemudian aku memandangi wajah Kate, ia nampak lebih sedih setelah perkataanku tadi,
“em.. begini Rian, sebenarnya pertanyaanmu ada benarnya juga, tapi mungkin kalau aku pindah kesini dengan alasan yang baik, mungkin aku dapat tinggal disini dengan tenang,” Ia mulai menjelaskan, tapi aku masih tak mengerti dengan apa yang ia katakan,
“Tunggu dulu, aku tidak mengerti maksudmu, Kate.. tolong jelaskan yang jelas, aku sama sekali tidak mengerti apa yang kau katakan,” Aku memandanginya,
“Aku pindah kesini karena kasus,” Ia mulai membuka pembicaraan “Aku dipindahkan ayahku, karena aku melakukan pergaulan bebas di amerika, sering mabuk-mabukkan, dan.. sebangsanya, dengan begitu, ayahku mengirimku ke London dalam satu tujuan yaitu menyekolahkkanku disini, dan mendapatkan kehidupan yang baru, aku juga berpikir begitu, Rian..” katanya, Aku mulai bisa mencerna apa yang Ia katakan, dan aku rasa aku mengerti apa maksudnya, “Rian, aku minta tolong untuk jangan menjauhiku, Cuma kau teman yang bisa kuajak bicara, anak-anak lain dikampus mengucilkanku karena mereka menganggapku gadis jalanan dan yeah.. kau taulah.. please..” ia memohon padaku, aku juga tak tega melihatnya, hidup ini memang sulit. Kemudian, aku sadar akan satu hal, aku belum memberinya minum, aku brdiri dan pergi kedapur untuk mengambilkan minuman untuk Kate,
“minumlah..” kemudian ia meneguknya tiga detik dan menatapku kembali, kurasa ia menagih jawaban,
“ehm, begini Kate. Aku ingin menjadi temanmu, tapi ada satu syarat?” kataku,
“apa itu?”
“kau harus berubah, dan kau harus berjanji padaku bahwa kau tidak akan bergabung dengan pergaulan-pergaulan yang tidak beres seperti yang kaulakukan sewaktu di Amerika, mengerti?” Aku menjelaskannya, kemudian ia mengangguk kegirangan,
“tentu, Riann. Tentu..” tuturnya,
“yeah, dan kau juga harus ikut aturan mainku, yaitu....”
“Apa?”
“kau harus rajin belajar jika masuk LIHS, mengerti?”
“Siap komandan,” ah.. senangnya, kurasa aku bisa merubahnya perlahan-lahan, asalkan ia punya kemaunan.
Acara pertemuanku dengan Kate menjadi menyenangkan, kemudian kami bercanda-canda, dan mengobrol tentang hal-hal lucu, yang pernah terjadi diantara kami.
***
London International High School...
Aku melangkahkan kaki, menyusuri koridor kampus dengan langkah ringan, beberapa orang yang aku temui saling menyapaku,
“hey, Rian..”
“have a nice day, Rian..” sapa orang-orang disekelilingku, aku tersenyum sambil terus melangkah ke ruangan kelas, siang ini ada kelas geometri Mrs.Fu tidak suka kata ‘terlambat’, dan selama mata pelajarannya aku tak pernah masuk terlambat, aku selalu menepati waktu. Aku juga bahagia, dalam tiga bulan berjalan ini keadaan Kate semakin membaik, Ia rajin mengunjungi perpustakaan dan membuat tugas, dan tentunya Ia sudah tak pernah lagi mengenal dengan dunia pergaulan bebas, aku bahagia menerima semua kenyataan itu,
“Rian..” seseorang memanggil namaku dari kejauhan, aku memandang ke arah taman sekolah, disana ada kate, ada buku dipangkuannya, aku yakin dia sedang belajar,
“hey, Kate..” Aku hanya mengangkat tangan seolah ber-highfive tapi tidak kesampaian, haha. Kini ia berjalan ke arahku, sambil mengangkat selembaran kertas, saat tiba di hadapanku Ia memelukku begitu erat, tapi hanya beberapa saat,
“Lihatlah, Rian..” aku menatap kertas putih dengan tulisan-tulisan di atasnya, dan di ujung sebelah kanan tertulis angka A+, “Ini keempat kalinya aku mendapat nilai A+, dan ini semua masih karena kau, masih karena tuntunan darimu..” katanya, wajahku jadi memerah aku malu.
“ah, bukan karena aku. Itu karena usahamu, Kate. Aku turut bahagia.. kau berhasil, dan jangan lupa untuk mempertahankannya,” kataku sambil tersenyum, kemudian ia mengangguk penuh semangat,
kriiiingggggg.....
“Ayo masuk.. siang ini aku di kelas Geometri,” kataku,
“hmm.. begitu, aku di kelas Inggris, sampai nanti Rian..” Ia berbelok ke kiri dan aku ke kanan, kelas geometri dan Inggris berlawanan arah. Hari ini aku lebih bahagia lagi atas kabar yang diberitahu Kate, berarti perkembangannya sudah meningkat 180 derajat, daripada dia yang dulu.
***
Dua minggu sebelum kepulanganku..
“Rian..Aku sedih karena harus kehilangan teman seperti dirimu,” katanya masih terus bersedih,
“Sudahlah Kate.. semua akan baik-baik saja aku masih punya waktu dua minggu disini, kita masih bisa berhubungan lewat YM!, atau bisa juga kan lewat Skype?” Jawabku santai meski sebenarnya aku juga yang paling sedih karena harus meninggalkan Kate sendirian, aku rasa Ia tak punya teman lagi disini, yeah.. selain aku tentunya.
“Umm.. baiklah, tapi berjanjilah untuk tidak melupakanku sebagai sahabatmu” katanya sambil tersenyum bak anak kecil,
“Iya, Aku janji, Kate.. tenang saja!”Aku balas tersenyum, Ia berjalan memisah dariku saat di koridor gedung C, waktu itu kami baru habis dari ruang tata usaha untuk mengurus semua surat-suratku, dalam dua minggu ini aku hanya akan menyelesaikan surat-surat itu sampai selesai dan sudah tak ada jam mata kuliah yang harus aku masuki, masa belajarku di LIHS sudah selesai, aku hanya datang sesekali jika ada panggilan untuk menyelesaikan surat-surat, disekitar kami memang banyak sekali mahasiswa yang berkeliaran dimana-mana, sesaat kemudian aku lupa bahwa aku membawa sesuatu di ranselku yang harus kuberikan untuk Kate, aku berjalan balik.. dan betapa shocknya aku saat melihat Kate bersama Gerry, Mahasiswa berprestasi dari jurusan Sastra Inggris, Gerry juga termasuk salah satu mahasiswa yang mendapat beasiswa, tapi Ia dari London, dan Ia juga sahabatku, yeah.. setidaknya sahabat pertamaku sebelum Kate, hubunganku dengan Gerry merenggang ketika kami tau kami berada di jurusan dan gedung yang berbeda, karena hal itulah kami terlalu sibuk dan jarang bertemu. Pertama kukira Ia sedang digodai oleh Gerry, tapi ternyata tidak.. mereka berdua mungkin punya hubungan khusus, wajah Gerry dan Kate saling berdekat-dekatan, dan saling berpelukkan, kemudian tangan Kate diletakkan di bahu Gerry, kedua tangan Gerry-pun berada dipinggang Kate, saat itu aku merasa airmataku jatuh, kakiku terasa lemas, badanku terasa panas, mataku tak tahan lagi menyaksikan semuanya itu dimataku, hatiku sakit. Akusegera lari dari kampus, memberhentikan taksi didepan apartemenku, aku memporak-porandakan semua benda-benda yang ada didalam ruangan apartemenku, termasuk fotoku bersama Kate, dalam dadaku kini terasa begitu sakit,
Teganya Kate.. selama berbulan-bulan aku selalu yang berada disampingnya tapi Ia terlanjur memilih Gerry dari pada aku, mengapa Kate? Mengapa? Aku tau.. aku ini memang anak lelaki, dan ayah selalu bilang airmata yang meluncur dari pelupuk mata seorang anak laki-laki adalah bendera putih, tapi aku tak memedulikan hal itu, karena perihnya cinta, karena sakitnya pengkhianatan.
Setelah kejadian dua minggu yang lalu,aku menutup diri sama sekali, aku hanya tinggal menandatangani surat tanda selesai belajar di LIHS lalu besok aku akan kembali ke Indonesia, dan tentunya aku tak ingin bertemu Kate, sama sekali aku tak ingin. Luka di dadaku semakin menganga ketika aku harus mengingat semua hal tentang Kate.
Aku berjalan mendekati lokerku membukanya, aku bahkan sudah lupa kapan terakhir kali aku menggunakan loker ini, didalamnya ada banyak kertas-kertas yang berserakan, ada juga surat yang diletakkan dalam amplop warna-warni, aku membukanya satu persatu, ada surat dari
Mr.Alvian
Friday, 15 april 2011
Mr Rian, siang ini temui aku diruanganku seusai makan siang, ada tugas untukmu.
aku ingat surat yang satu ini, karena aku baru saja membacanya dua bulan yang lalu dan Mr.Alvian memberiku tugas untuk menjadi tutor di kelas kalkulus untuk 1 minggu. Kemudian aku membaca surat yang lain, terlalu banyak malah,
Dear Rian,
Hey Rian, it’s me, Kate..
how are you? Are ya fine? I hope so.
Sudah dua minggu aku tak pernah mendengar kabarmu, kemana saja kau, aku mencarimu di apartemen tapi aku tidak pernah bertemu denganmu, aku mencarimu di LIHS tapi setiap orang yang kutanyai tak pernah melihatmu lagi, kemudian aku memilih bertanya ke tata usaha tapi mereka bilang kau masih terdaftar di LIHS, aku bingung Rian.. dimana dirimu? Aku cemas.. tolong kabari aku jika kau sudah membaca surat ini.
Oh ya.. sebelumnya aku minta maaf, aku lupa memberitahumu bahwa aku sudah berpacaran dengan Gerry sejak tiga minggu yang lalu, sebenarnya aku hampir mengatakannya tapi, aku malu. Namun sekarang kesampaian juga. Dia tampan, pengertian, dan lelaki yang pintar, aku selalu merasa nyawan saat bersamanya. Senyaman saat aku bersamamu, Rian.
Kapan kau kembali ke Indonesia? Bukankah itu dua hari lagi, tanggal 15 Juni? Oh, Gosh.. aku tidak ingin menyia-nyiakan waktu itu aku harus bertemu denganmu. Balas secepatnya.
Kate.
Kata-kata dalam surat itu benar-benar menyayat hatiku. Kini hanya ada rasa galau, aku ingin sekali bertemu wajah mungil dan menggemaskan itu, tapi hati kecilku terlanjur tersakiti. Apa yang harus kulakukan? Haruskah aku pulang ke Indoensia diam-diam tanpa sepengetahuan Kate? Apa itu akan menyelesaikan masalah? Argh.. shit.
****
Disinilah aku.. didepan pintu apartemen Kate, dibawah sudah ada taksi yang menunggu untuk mengantarku kebandara untuk pulang ke Indonesia.
Tok..Tok..Tok.. tak ada suara, aku mengetuknya lagi, Tok..tok..tok.. kemudian terdengar langkah terseok-seok dari dalam, kemudian pintu dibuka, mataku terbelaka,
“He..hey.. Rian.. apa yang kau lakukan sepagi ini di apartemen Kate?” tanya Gerry dengan celana boxer dan kaus dalam yang digunakannya,
“Um tidak.. hari ini aku kembali ke Indonesia, hanya ingin pamitan pada Kate,” kataku masih tak percaya,
“Tunggu sebentar, aku akan membangunkannya.. semalam dia banyak minum di acara temannya, aku sudah melarangnya, tapi dia masih saja minum.” Oceh Gerry,
“Kalau begitu sudahlah, tidak usah bangunkan dia, mungkin dia masih perlu istirahat.. sampaikan salamu padanya,” kataku sambil tersenyum, aku berjalan berbalik dalam pikiranku ada banyak hal yang berkeliaran, tak tau apa saja itu, kemudian aku berbalik,aku mencoba merogoh sesuatu dari dalam ranselku “umm.. Gerry.. tolong berikan ini pada Kate,” aku memberikan kotak kubus yang berhiaskan bunga-bunga yang berwarna warni ke tangan Gerry,
“Pasti. Aku akan menyampaikan salam dan kotak ini ketika Kate bangun..” katanya,
“Baiklah, Aku pergi dulu. Sampai bertemu lagi, Gerry. Semoga hubunganmu dengan Kate akan baik-baik saja.”
“Terima kasih kawan,” ia mendekapku sesaat, “Hati-hati dalam perjalanan, sampaikan salamku untuk keluargamu di Indonesia.” Tuturnya, aku berlalu dihadapannya dan melaju dengan taksi yang sedari tadi sudah menungguku, 20 menit lagi Check in. Indonesia Im coming.
kata-kata itu meluncur sangat berat dan lambat dihatiku. Berat meninggalkan London, berat meninggalkan LIHS, berat meninggalkan teman-temanku, berat meninggalkan KATE.
***
“Morning, Honey..” ucap seorang lelaki,
“hey, Morning,” Ucap Kate,
“tadi,.. pagi-pagi sekali, Rian datang kesini,” kata Gerry perlahan, tapi Kate langsung terlonjak kaget,
“lalu?” tanyanya penuh semangat,
“katanya dia hanya ingin pamitan, hari ini juga dia kembali ke Indonesia.” Tutur Gerry, sementara selembar roti tawar sedang diolesinya dengan selai nanas,
“Oh, Rian.. seharusnya aku ingat bahwa dia kembali ke Indonesia hari ini,” desah Kate berat penuh kecewa,
“Oh ya.. dia juga menitipkan sesuatu untukmu, ada di kursi nonton,” Kate segera lari ke ruang nonton dan mendapati kotak kecil yang dititipkan Rian untuk Kate. Kate membukanya perlahan, didalamnya ada sebuah kotak kecil lagi berwarna merah, dan selembar kertas, Kate membuka kotak merah tersebut, matanya terbelalak ketika melihat kalung emas putih dengan buah berlian.
“Oh, Rian.. ini sungguh cantik,” desahnya pelan, kemudian Ia mengambil selembar kertas dan mulai membacanya,
Dear, Kate “sahabat” terbaikku..
A BAD DAY in London is still better than a GOOD DAY anywhere else. :)
Pertama-tama aku ingin minta maaf karena selama dua minggu terakhir hilang dari hadapanmu, aku benar-benar minta maaf, tapi ada sesuatu hal yang harus kulakukan di London, lebih tepatnya aku bertemu dengan teman-temanku di London, dan berjalan-jalan di beberapa tempat sebelum kepulanganku ke Indonesia. Pada awalnya aku ingin mengajakmu, tapi aku takut mengganggu kebahagiaaanmu bersama Gerry, Dia anak yang baik, Kate. Tidak usah khawatir, aku mengenalnya, dan dia sahabatku, kau akan bahagia bersamanya.
Oh ya, aku hampir lupa.. selamat atas hubunganmu dengan Gerry. Aku turut bahagia. Jangan membuatnya kecewa. Okay?
Oh, ya.. hari ini aku akan pulang ke Indonesia, betapa sedihnya aku harus meninggalkan LIHS, London, especially YOU !
Kate.. deep inside my heart, I love you. Really love you, more than words, more than.. Friend ! don’t worry about it again, Ready or not.. I must try to get rid of that feeling. blessed with Gerry.
Beberapa bulan yang lalu, aku berusaha untuk menggali cinta itu jauh kedalam, tapi.. kini aku memilih untuk menguburnya kembali, dan melupakan semuanya demi kebahagiaanmu.
Aku pamit, jaga dirimu baik-baik.
berharaplah kita akan bertemu lagi nanti.
Love and Hug,
Rian
Airmata perlahan jatuh dari pipi Kate, Ia tak tau kenapa ia menangis, Ia tak tau kenapa baru ia sadari betapa berartinta Rian dalam hidupnya. Dan betapa bodoh dirinya yang sudah melanggar janjinya dengan Rian, bahkan tak sempat Ia menyampaikan salam terakhir untuk Rian, Ia bahkan lupa bahwa Rian-lah yang mengubah hidupnya saat ini.
-THE END-
a short story, created by : Thea Link/ T-Cors Owner.
GOODBYE LONDON
Jumat, 05 Agustus 2011
Diposting oleh Authors di 11:43 PM
Label: Short Story
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar